Sebelum kami memulai bahasan ini, ada dua poin yang ingin kami tegaskan, pertama, kami tidak mengkritik UMI, tapi kami mengkritik oknum Syiah di balik Seminar Internasional Syiah ini, kedua, kami tidak menolak gagasan persatuan, tapi apalah gunanya kita bersatu kemudian kita berbeda akidah, kalau dipaksakan justru yang akan terjadi hanya perpecahan yang semakin melebar.
'Sabda' Khomeini menjadi dasar pijakan dan latar belakang diadakannya seminar ini.
Dalam brosur Seminar Internasional tersebut perkataan-perkataan Khomeini menjadi dasar pijakan dilaksanakannya Seminar Internasional ini. Kalau mengangkat tema persatuan mengapa dasar pijakannya berasal dari satu pihak? kenapa pula bukan Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah yang dijadikan dasar pijakan? Ini fakta yang tak terbantahkan bahwa seminar internasional ini hanyalah inisiatif dari satu pihak semata.
Kecurangan Kedua: Tokoh-tokoh pembicara bukanlah tokoh rujukan dan panutan dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Salah seorang pemibacara dalam seminar itu menuturkan bahwa oknum dalam suatu mazhab tidak bisa dijadikan rujukan untuk menilai mazhab itu. Yang berhak dinilai adalah ulama muktabarnya, tokoh utamanya dan yang diakui oleh pemeluk mazhab itu sendiri. Maka kami katakan, orang-orang seperti Umar Shihab, DIn Syamsuddin, Nasaruddin Umar, Muh. Ghalib bukanlah orang-orang rujukan dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Perkataan mereka bukanlah patokan kebenaran. Dan selama ini memang kita mengenal orang-orang tersebutlah yang pro ke Syiah. Banyak perkataan-perkataan mereka yang membuat bingung masyarakat terutama mengenai persoalan Sunni-Syiah.
Adanya pembicara 'ulama' Sunni dari Iran yang bernama maulawi Ishak Madani membuat kami kaget, kami sebelumnya tidak tahu siapa dia, bagaimana perannya dalam Ahlus Sunnnah wal Jamaah, apalagi dia berasal dari Iran. Beliau bukanlah ulama rujukan dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sehingga tidak pantas diambil ucapannya tentang persatuan Islam yang ingin menyatukan Sunni dan Syiah.
Kenapa mereka yang diundang menjadi pembicara? bukankah masih banyak tokoh Ahlus Sunnah wal Jamaah yang bisa menjadi pembicara selain mereka?
Kecurangan Ketiga: Penuh dengan simbol-simbol Syiah
Meja panitia di pelataran gedung Auditorium Al-Jibra UMI banyak dijejali oleh buku-buku Syiah dari Rausyan Fikr dan lainnya. Buku IJABI dibagikan bersamaan dengan sertikifikat internasional.
Padahal, ada seorang penanya di akhir acara yang menanyakan, mengapa buletin LPPI "Solusi Menghadapi Gerakan Syiah" dibagikan dalam acara itu, bukankah itu kegiatan yang akan memecah belah umat?
Itu menurut sang penanya, tapi kenapa buku-buku dari pihak Syiah tidak dipertanyakan? yang justru menurut kami itulah yang akan memecah belah umat, yang dulunya bersatu padu di atas satu akidah ahlus sunnah wal jamaah, sekarang atau waktu yang akan datang, mereka akan menjadi Syiah.
Kecurangan Keempat: Umar Shihab tidak layak mewakili MUI
Tanggal 3 Januari 2012, teguran MUI Pusat kepada Umar Shihab telah keluar, dalam rapat Dewan Pimpinan MUI Pusat hari Selasa, 9 shafar 1433 H/ 3 jan 2012 mengadakan rapat rutin. Agendanya membahas masalah syiah. Hasilnya antara lain sbb :
- Rapat memutuskan Umar Shihab (salah satu ketua MUI, bukan ketua umum!) bersalah karena menyatakan Syiah tidak sesat dengan mengatasnamakan institusi MUI. Yang berhak memberi statement adalah K.H. Ma’ruf Amin (selaku koordinator Ketua II MUI) atau yg ditunjuk oleh Rapim DP MUI.
- MUI tetap konsisten dengan Keputusan Rakernas MUI tgl 7 Maret 1984 tentang faham Syiah (yang berbeda dengan ahlussunnah dan wajib diwaspadai).
Masih ada ketua MUI lainnya seperti Yunahar Ilyas, KH. Chalil Ridwan dan lain-lain. Nampaknya pengaruh Syiah dalam seminar itu sangat kuat sehingga yang diundang adalah pembicara-pembicara yang selama ini kita kenal sebagai tokoh-tokoh yang nyeleneh.
Kecurangan Kelima: LPPI tidak diundang
Jika niat mereka benar ingin bersatu dengan kita, mengapa mereka tidak mengundang LPPI? yang selama ini dikenal berseberangan dengan aliran-aliran sesat, terutama Syiah. Padahal organisasi lain diundang seperti Muhammadiyah, NU, UIN Alauddin, Unismuh, STAIN Pare-pare dan lain-lain.
Adapun kehadiran Ust. Said beserta rombongan bukanlah atas nama LPPI. Ust Said hadir sebagai utusan PW. Muhammadiyah Sulsel, dan kami beserta rekan-rekan lainnya mendaftar terlebih dahulu untuk bisa ikut dalam seminar tersebut yang dibatasi hanya berjumlah 700 orang. Yang ingin ikut dan tidak terdaftar diminta biaya sebesar Rp. 100.000,-
Bukankah ini seminar yang akan menyatukan umat Islam?
Kecurangan Keenam: Seminar tidak layak menghasilkan rekomendasi
Yang pantas mengeluarkan rekomendasi adalah konferensi atau ijtima' yang di dalamnya memiliki komisi-komisi yang membahas berbagai masalah, yang pada akhirnya dikumpulkan dan dibuatkan rekomendasi.
Seminar semacam itu hanya berhak mengumpulkan makalah para pemateri dan kemudian membukukannya, seperti yang telah dilakukan LPPI Jakarta pada tahun 1997 dalam seminar nasional sehari tentang Syiah di Aula Masjid Istiqlal.
Kecurangan Ketujuh: Kesimpulan yang tidak berimbang
Dalam sesi tanya-jawab acara tersebut ada sekitar tujuh penanya. Empat di antara mereka menolak persatuan Sunni-Syiah dan menolak untuk mengakui kebenaran Syiah. Mereka adalah Ust. H. Rahmat Abdur Rahman, ketua MUI Makassar, Dr. Yusri, Dosen Unismuh, Ust. Muh Said Abd. Shamad, Lc, PW. Muhammadiyah Sulsel dan seorang hafiz dari Universitas Muslim Indonesia sendiri.
Salah satu dari empat penanya yang kami kutipkan di sini adalah ungkapan Ust. Rahmat Abdurrahman, Lc, M.A. Dalam acara itu Ketua MUI Makassar tersebut mengatakan, “Persatuan tanpa kejujuran adalah pemanis bibir belaka, saya ulangi, persatuan tanpa kejujuran adalah pemanis bibir belaka. Al Wihdatu biduni ash-shidq faqat fil lisan. Jika Syiah ingin bersatu dan jalan bersama syaratnya adalah stop cela sahabat. Jangan cela dan maki mereka. karena kami dididik dari kecil untuk memuliakan mereka, bukan karena sosoknya, tapi karena perjuangannya membela Islam, berjuang di samping Nabi Muhammad saw. dan kami minta maaf, kami tidak bisa mengakui kebenaran Syiah, karena itu akidah kami untuk mencintai sahabat-sahabat Rasulullah saw.”,
Pembacaan rekomendasi yang sangat pro Syiah (mempersatukan Sunni-Syiah) setelah sesi tanya-jawab itu seakan-akan tidak melihat sedikitpun kepada pendapat-pendapat empat penanya tadi.
Kecurangan Kedelapan: Rekomendasi pesanan
Kalaupun memang dalam seminar Internasional itu dipaksakan menghasilkan rekomendasi hendaknya dibuat pada acara itu. Mestinya ada tim pembuat rekomendasi yang dibentuk dalam acara itu. Namun anehnya, setelah tanya-jawab itu, rekomendasi tersebut langsung dibacakan tanpa sepengetahuan peserta kapan dibuatnya?
Menurut rekan kami, seminar internasional ini lebih layak dikatakan, "Obrolan Warung Kopi Internasional" karena dari semua pemateri di ai atas, tidak satupun yang membawakan makalah. Seminar tanpa makalah adalah omong kosong belaka.
Inilah delapan fakta kecurangan Seminar Internasional Syiah yang dapat kami ungkap. (Muh. Istiqamah)